Setiap senja adalah salah satu waktu terbaik dalam hidupku. Tidak perlu ingat bahwa dia menjadi “bengis” saat siang hari, memanggang apapun di permukaan bumi. Yang kutau, dia selalu cantik saat beranjak pergi, istirahat dalam pelukan Ibu Pertiwi. Kemudian kembali lagi, memberikan segala manfaat untuk cahaya yang dipancarkannya. Terimakasih, Baskara.
Sudah sedemikian rupa alam memberikan kita kehidupan. Tidak pernah mengganggu manusia sama sekali bahkan memberikan banyak manfaat dari tempat tinggal, makanan, serta air yang sangat dibutuhkan. Namun, kenapa masih banyak saja yang membuang sampah sembarangan? Yang paling tidak habis pikir adalah bagaimana kok bisa tega sih ketika mendaki gunung, membuang sampah di gunung? Apa salahnya sampah tersebut dibawa kembali ketika turun gunung nanti?
Sungguh ironi jika suasana damai seperti ini harus berdampingan dengan tumpukan sampah (siapa lagi kalau bukan pendaki. Emang pernah liat macan makan coki coki?). Manusia yang tidak bisa membuang sampah pada tempat yang seharusnya tidak ada bedanya dengan benda yang dia buang. SAMPAH. Ayolah, rawat bersama tempat bermain kita, kalau bukan kita yang jaga, siapa lagi? Jangan mau jadi sampah.
Kemarin saya lagi duduk istirahat di sebatang pohon, setelah berkecimpung dengan tanah becek dieng, sisa hujan tadi siang. Tiba-tiba lelaki berkelahiran tahun 91 memegang kamera dan membidik saya, otomatis senyum dong dan otomatis bertanya, “gendut nggak mas?” dia jawab dengan senyuman yang ganjil, dan pria kelahiran 99 menyambar
“wes nggak usah ditanya, wes kenyataan”
aku jawab lagi “badmood lohhh aku iniiii”
lelaki 99 dan 93 membalas “badmoodmu gampang, sandingke miayam karo tahu aci wes mari”
Jadilah ekspresi ini. Cemberut yang kurang totalitas. Muka serem engga, ketawa juga bukan. Huh, sukanya setengah-setengah. Diajarin siapa sih?
Pro dan kontra sudah biasa, yang tidak benar adalah akibat yang bisa menjauhkan dua insan manusia yang tadinya baik-baik saja. Perbedaan sudah biasa, kita akan baik-baik saja dengan prinsip masing-masing yang dipunya. Persepsiku tidak harus kamu terima, pun sebaliknya.